Gempabumi merupakan peristiwa alam yang sampai saat ini
belum dapat diprediksi secara pasti kapan, dimana terjadinya dan seberapa besar
kekuatannya, namun bersifat merusak dalam waktu singkat sehingga dapat
menimbulkan korban harta benda dan jiwa. Untuk itu berbagai studi berusaha dikembangkan
untuk dapat meminimalisir dampak yang ditimbulkan akibat gempabumi.
Para peneliti
mencoba mengembangkan Prekursor gempa bumi dimana sebelum terjadi gempa utama (mainshock)
terdapat anomaly perubahan parameter fisis yang mendahuluinya
Dalam dunia prekursor
gempa kita mengenal dengan istilah
Prediksi gempa bumi (Earthquake Prediction)
dan ramalan gempa bumi (Forecast Earthquake) dimana 2 istilah ini mempunyai
arti yg berbeda.. Prediksi gempa bumi (Earthquake Prediction) lebih bersifat spesifik misalkan lokasi,
waktu dan magnitudenya dapat ditentukan dalam jangka waktu yg pendek. Sedangkan
ramalan gempa bumi (Forecast Earthquake) bersifat lebih lama intervalnya ,
waktu lokasi lebih umum (untuk jangka panjang).
Berikut
adalah Skala waktu beserta metode –metode geofisika yg menjadi prekursor gempa
bumi :
1. Jangka
Pendek (Short Term)
Yaitu Jangka waktu
antara bulanan sampai menit.
Metode yg digunakan
:
-
Seismik
-
Geodetik
-
Crustal Movement
-
Hydro-Geochemistry
-
Macro anomaly Meteorologi
-
Biological phenomena
-
Groundwater level
-
Elektromagnetik
2. Jangka
Menengah (intermediate Term)
Yaitu
jangka waktu sampai beberapa bulan
Metode yg digunakan
:
-
Seismik (gap
strategy)
-
Hystorical
records
-
Crustal
movement
-
Mb
-
Msc
Algorithma
3. Jangka
Panjang (Long Term)
Yaitu
jangka waktu 10 tahun atau lebih.
Metode yg digunakan
:
-
Plate Tectonics
-
Crustal movement
-
Long term planning = Paleo-seismology
-
Historical / coral records
-
Statistikal record.
Dari banyak prekursor
diantaranya adalah hasil eksperimen di laboratorium menunjukkan bahwa sebelum
terjadi gempabumi maka batuan di sekitarnya akan mengalami perubahan
parameter-parameter seperti : tahanan listrik akan menurun, adanya perubahan
stress dan strain, adanya fluktuasi unsur radon, perubahan permukaan air bawah
tanah, perubahan suhu air bawah tanah, dan lain-lain.
Secara teoritis
gempabumi memang dapat diprediksi, namun para peneliti mengalami kesulitan
karena beberapa hal, diantaranya: terbatasnya kondisi pengamatan terutama
peralatannya, tidak periodiknya aktivitas gempabumi, ketidak tentuannya proses
gempabumi, dan luasnya daerah jangkauan.
Selain dengan
metode observasi precursor terdapat banyak metode dalam prediksi gempabumi,
diantarnya: seismicity gap, seismicity band, increased seismicity, preseismic
squance, variation of b value, source and medium parameters, wave velocity
variations, fore shocks squance.
Di Indonesia penelitian
ini masih dikembangkan dan terus berkembang serta inovasi dan terobosan2 baru demi mencari anomaly perubahan parameter fisis
yang mengindikasikan sebagai precursor gempa sebelum terjadinya gempa utama.